Sabtu, 08 Agustus 2015

titipan saja

.........Sering kali aku berkata, Ketika semua orang memuji milikku
Bahwa sesungguhnya ini
hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya
Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya: mengapa
Dia menitipkan padaku ???
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ???
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan
untuk milik-Nya itu ???... Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan
milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu
diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka, kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan
bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok
dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil, lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
Seolah semua “derita” adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika: aku rajin beribadah, maka
selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat
dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan
Kekasih.
Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku”, dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku
hanyalah untuk beribadah… “ketika langit dan bumi
bersatu, bencana dan keberuntungan sama
saja” ........
"....Renungan Indah....."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar